BUKU ANAK MUSLIM, MEDIA KREATIF PELEJIT POTENSI ANAK ANDA

Share the joy of being knowledgeable.....

Kamis, 11 Desember 2008



Pidi Baiq Ilustrator Cerbin ILMA:Jangan Biarkan Anak-anak Miskin Pengalaman Visual!

Tidak banyak orang yang menggeluti dunia ilustrasi buku cerita anak di Indonesia. Dari sedikit orang itu di antaranya ada nama Pidi Baiq. Lulusan Fakultas Seni Rupa ITB 1999 ini adalah makhluk langka yang perlu dilestarikan. Selain memiliki skill dan taste menggambar yang luar biasa, dia juga memiliki bekal knowledge yang lebih dari cukup: ayah dua anak ini menguasai ilmu komunikasi visual, filsafat, juga wawasan agama yang kuat.
Gambar deformatif, naïf, kekanak-kanakan , dengan garis-garis kasar dan sederhana, adalah ciri khas dari karya Pidi Baiq yang sudah dia usung sejak duduk di bangku kuliah di ITB. Bakat alami serta concernnya pada ilustrasi buku cerita anak mengantarkan anggota tim kreatif P-Project ini menimba ilmu ilustrasi anak di negeri kincir angin Belanda pada tahun 2001.
Sepulang berguru dari Belanda, Pidi mengembangkan sejumlah teknik ilustrasi, di antaranya teknik vektor, yaitu menggambar dengan garis-garis tegas menggunakan software Corel Draw. Ada jutaan orang yang menggunakan Corel Draw, tapi hanya sedikit saja yang menggunakannya untuk membuat ilustrasi seperti yang dilakukan Pidi. Selain penguasaan teknik dan skill tinggi menggambar, teknik ini juga memerlukan keuletan. Teknik ini dia terapkan pada beberapa buku pada seri Cerita Binatang ILMA.
Jilid Sapi: Teknik kurva dengan menggunakan corak polka dot
Jilid Unta: Teknik kurva menggunakan corak kotak kotak seperti palet gradasi warna
jilid merpati: Teknik paintingdengan menggunakan software paint brush
Hampir setahun penuh Pidi bersama tim pelangi Mizan menggarap buku Cerbin ILMA yang terdiri dari 12 jilid ini. Pada buku seri ini mengeksplorasi teknik-teknik terbaiknya. Selain teknik curva, dia menggunakan teknik paint brush dengan garis-garis kasar, seperti coretan anak-anak. Orang mengenal Paintbrush sebagai software kuno yang jarang digunakan, mungkin hanya anak-anak yang belajar menggambar menggunakan software ini. Tapi, justru di tangan Pidi, teknik ini menghasilkan gambar yang sangat terasa anak-anak.
Anugerah Adikarya IKAPI mengganjar salah satu ilustrasi Pidi sebagai nominator ilustrasi buku anak terbaik tahun 2006. Selain menggambar, Pidi juga dikenal sebagai vokalis grup band The Panas Dalam, sempat menjadi Dekan Fakultas seni Rupa ARS international Bandung selama 2 tahun sebelum akhirnya kembali ke habitatnya di Bimbel Villa Merah sebagai kepala sekolah yang baik. Trilogi Drunken Monster terbitan Mizan adalah buku karya Pidi Baiq yang kini menjadi best Seller dan “meracuni” ribuan pembaca Indonesia.


Berikut ini obrolan Irfan AmaLee dengan Pidi Baiq melalui handphonenya:
Irfan: Pid, banyak orang yang merasa aneh dengan ilustrasi kamu ...
Pidi: Karena masyarakat kita biasa cuma memamah biak gaya ilustrasi ilustrasi Disney. Jadi kita tidak biasa mengapreasisi jenis ilustrasi yang berbeda.
Irfan: Mungkin itu sebabnya kalau kita diminta menggambar pemandangan, pasti gambarnya sama, gambar gunung, matahari dan sawah…
Pidi: Ya, persis, itulah hasil system pendidikan kita. Anak-anak bangsa ini dari generasi ke generasi hanya diberikan pengalaman visual yang terbatas bahkan seragam. KITA MISKIN PENGALAMAN VISUAL. Anak- anak di luar negeri sudah diajak untuk mengapresiasi lukisan-lukisan dengan berbagai gaya visual. Mereka memiliki kekayaan pengalaman visual. Tapi anak-anak kita hanya diberi pengalaman visual melalui komik dan buku cerita dengan gaya visual yang miskin. Karena itu saya ingin memberikan pengalaman visual yang lebih kaya melalui buku cerita binatang dalam Al-Quran ini.
Irfan: Ketika orangtua mendampingi anak, banyak anak yang bertanya, ini gambar apa, sih?
Pidi: Berarti saya berhasil. Justru ketika suatu objek gambar atau ilsutrasi bisa mengundang pertanyaan anak itu bagus sekali, membuka ruang dialog. Itulah fungsinya buku, ada raung dialog antara orang dewasa dan anak. Kalau kita bacakan buku Disney dengan gaya ilustrasi yang begitu “indah”, tidak akan ada kesan khusus, dilihat dinikmati, dan lupa. Tetapi dengan ilustrasi yang “tidak biasa” akan tercipta ruang dialog. Bukankah itu yang kita inginkan?
Irfan: Jadi buku seri Cerbin ILMA ini bukan sekadar dibaca ceritanya setelah itu selesai begitu?Pidi: Tentu dong, kita sering memperlakukan buku hanya sebagai teks, sih. Buku itu ruang dialog, di dalamnya ada cerita yang dibangun oleh teks, tapi da juga art, atmosfir, yang dibangun oleh visual. Manfaatkan semua itu sebagai ruang dialog dengan ank-anak, pasti akan menemukan pengalaman yang berbeda. Pokoknya buku ini layak dikoleksi lah! Dijamin, deh!



© 2008 Pelangi Mizan. All rights reserved.

Tidak ada komentar: